Jakarta – Bagi sebagian orang, aktivitas ‘kretek-kretek’ jari tangan adalah sesuatu yang melegakan. Hal ini sebagai upaya untuk melemaskan jari-jari setelah mungkin melakukan aktivitas yang banyak menggunakan jari tangan, seperti mengetik.
Tapi, apakah kebiasaan ‘kretek-kretek’ ini baik untuk kesehatan?
Spesialis ortopedi, dr Karina Besinga, SpOT(K) dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk mengatakan kebiasaan kretek-kretek di jari tangan atau punggung tidaklah disarankan.
“Itu tidak disarankan. Karena suatu saat ketika kita berusia lanjut, akan longgar sendiri (sendinya),” kata dr Karina kepada awakmedia di Jakarta Barat, Sabtu (1/10/2025).
“Nah sekarang ini karena masih kenceng, karena sering kita gituin (kretek-kretek), dia kan akan semakin longgar,” sambungnya.
Menurut dr Karina, sensasi rileks yang muncul ketika seseorang melakukan kretek-kretek di jari atau punggung bersifat subjektif. Artinya, sebagian mungkin merasa ini melegakan, namun lainnya bisa saja tak merasa sama.
Mengapa Seseorang Sering Melakukannya?
Dikutip dari Healthline, sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas ‘kretek’ jari ini dilakukan banyak orang karena beberapa alasan.
Suara
Sebagian orang suka mendengar bunyi ‘retakan’ dari jari-jari yang dikretek.
Rasa
Sebagian menilai ‘kretek’ ini dapat membuat ruang sendi menjadi lebih lega, sehingga mengurangi ketegangan dan meningkatkan mobilitas. Namun, masih belum ada bukti yang menunjukkan hal tersebut.
Mengurangi Rasa Gugup
Aktivitas ini juga menjadi salah satu tanda yang dapat membuktikan seseorang sedang dalam kondisi gugup. Hal ini tak jauh berbeda seperti meremas-remas tangan atau memelintir rambut.
Apa yang Menyebabkan Bunyi Tersebut?
Alasan mengapa sendi mengeluarkan bunyi letupan atau retakan saat ditarik masih belum sepenuhnya dipahami. Selama ini, banyak orang mengaitkan bunyi tersebut dengan gelembung nitrogen yang terbentuk atau pecah dalam cairan sendi.
Sebuah studi tahun 2018 menyatakan bahwa suara itu sebenarnya disebabkan oleh kolapsnya sebagian rongga jari. Sebuah tinjauan penelitian mencatat bahwa dibutuhkan waktu 20 menit agar rongga itu benar-benar kolaps sehingga rongga baru dapat terbentuk.
Mar.




















































