Dampak Perubahan Iklim, Kasus Penyakit Menular Bisa Melonjak

oleh -664 Dilihat

JAKARTA – Dampak perubahan iklim semakin mengancam kesehatan populasi masyarakat global, salah satunya risiko penularan penyakit.

Menurut para ilmuwan, salah satu dampak perubahan iklim adalah adanya potensi kasus penyakit menular yang dapat melonjak yang disebabkan oleh beberapa hal.

Dikutip dari Phys, Jumat (21/7/2023) ilmuwan menyebut hewan-hewan mulai beradaptasi dengan iklim yang menghangat.

Misalnya yang terjadi pada kutu, nyamuk, bakteri, alga, bahkan jamur yang menyesuaikan diri terhadap kondisi iklim yang berkembang dan berubah dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Penggundulan hutan, pertambangan, pertanian, telah menghabiskan area liar yang tersisa di dunia. Pada akhirnya, ini berkontribusi pada hilangnya keanekaragaman hayati atau mendorong hewan ke bagian habitat yang makin kecil, situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia.

Dampak perubahan iklim juga memicu perpindahan hewan. Untuk menghindari kenaikan suhu di daerah asalnya, hewan mulai pindah ke tempat yang lebih tinggi atau dingin, dan membawa penyakit bersamanya.

Itu menimbulkan ancaman bagi orang-orang yang tinggal di daerah itu dan dapat mengarah pada percampuran yang berbahaya antara hewan pendatang baru dan spesies yang ada. Potensi penyakit menular yang berpindah antar spesies, menjadi cenderung lebih mudah membuat lompatan ke manusia.

Dampak perubahan iklim yang dapat mengancam kesehatan manusia juga terkait cuaca. Pola cuaca yang tidak menentu, seperti periode kekeringan ekstrem dan banjir, menciptkan kondisi penyebaran penyakit. Penyakit-penyakit menular seperti kolera yang dibawa bakteri yang terbawa air, tumbuh subur selama musim hujan di negara-negara Asia Selatan ketika banjir mencemari air minuman, terutama di tempat yang tidak memiliki infrastruktur sanitasi berkualitas.

Dampak perubahan iklim dan kesehatan manusia Semua faktor yang terjadi akibat dampak perubahan iklim tersebut dapat berpotensi menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kesehatan masyarakat global, yakni dengan berkembang pesatnya kasus penyakit manusia.

Penyakit lama dan baru menjadi lebih umum dan bahkan muncul di tempat-tempat yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Peneliti pun mulai mengumpulkan bukti-bukti yang menjelaskan ancaman besar penyakit akibat dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia.

“Ini bukan hanya terjadi di masa depan. Perubahan iklim ada di sini, orang-orang menderita dan sekarat saat ini,” kata Neil Vora, dokter dari organisasi nirlaba Conservation International.

Contoh lain misalnya, kasus penyakit yang terkait dengan nyamuk, kutu, meningkat tiga kali lipat di Amerika Serikat antara tahun 2004 hingga 2016.

Penelitian pun turut menunjukkan lebih dari setengah dari semua patogen yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia dapat diperparah oleh perubahan iklim.

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan pula bahwa antara tahun 2030 dan 2050 seperti malaria dan kerawanan air akan merenggut seperempat juta nyawa tambahan setiap tahun.

“Saya pikir kita telah meremehkan secara drastis tidak hanya berapa banyak perubahan iklim yang telah mengubah risiko penyakit, tetapi juga berapa banyak jenis risiko yang berubah,” kata Colin Carlson, seorang ahli biologi perubahan global di Universitas Georgetown.

Dunia memiliki alat untuk mengurangi dampak penyakit akibat perubahan iklim. Tinggal bagaimana seberapa cepat kerjasama berbagai pihak mulai dari pemerintah, LSM, tenaga medis dan masyarakat dapat bekerja lintas batas untuk menerapkannya secara global.

 

Edit : mar