JAKARTA – Sebuah informasi yang menyebut bahwa kini BPJS Kesehatan membatasi pemberian rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), beredar di media sosial. Informasi itu dibagikan oleh akun X (Twitter) @nmeili****, Jumat (8/11/2024).
Dalam unggahan disebutkan, pengurangan rasio pemberian rujukan diterapkan sejak September 2024. “Jangan heran kalau makin susah dapat rujukan dari faskes 1, jadi yg dulu FKTP bisa rujuk 14,99% dari kapitasi, skrg makin di tekan sisa 11,9%,” tulis pengunggah.
Menanggapi unggahan tersebut, tidak sedikit warganet yang merasakan hal yang serupa ketika berobat dengan BPJS Kesehatan.
“baru kejadian hariini, pasien TB RO biasa kontrol dan ambil obat di poli RSUD, td mau ambil rujukan ternyata diagnosis TB RO yg ga bs dirujuk. Oke lah klo obat bisa di drop di PKM utk desentralisasi, tp ntuk monitoring lab dllk kn ga bs,” tulis seorang warganet.
“banyak banget keluhan pasien yg berobat ke poli katanya,, susah dok mau dapat rujukan dr FKTP,” tulis pengguna lainnya.
Lantas, benarkah kini BPJS Kesehatan mengurangi pemberian rujukan dari FKTP?
Pembatasan rujukan BPJS Kesehatan Asisten Deputi Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah membenarkan bahwa ada pembatasan pemberian rujukan dari FKTP kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pembatasan ini dilakukan agar peserta dengan kondisi tertentu, pengobatannya bisa dioptimalkan di FKTP.
“Terkait batasan, terdapat 144 kasus medis yang bisa ditatalaksanakan di FKTP, sehingga harus dioptimalkan penuntasan 144 kasus tersebut,” jelasnya saat dihubungi Wartawan, Sabtu (9/11/2024).
Pengoptimalan ini, lanjut Rizzky, sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Dilansir dari informasi yang dibagikan di akun Instagram BPJS Kesehatan (10/5/2024), pembatasan berdasarkan kasus medis ini dilakukan karena beberapa alasan.
Pertama, agar akses pelayanan kesehatan dapat merata, sehingga menghindari penumpukan peserta di satu fasilitas kesehatan (faskes).
Kedua, memberikan kemudahan kepada peserta dalam mengakses FKTP, karena umumnya lebih dekat dengan rumah peserta dibandingkan faskes tingkat lanjut.
144 kasus medis yang bisa dioptimalkan penanganannya di FKTP terlebih dahulu, antara lain:
- HIV/AIDS tanpa komplikasi
- Kejang demam
- Tetanus
- Tension headache (sakit kepala tegang)
- Migrain
- Bell’s palsy
- Vertigo
- Gangguan somatoform
- Insomnia
- Benda asing di konjungtiva
- Konjungtivitis
- Perdarahan subkonjungtiva
- Mata kering
- Blefaritis
- Hordeolum
- Trikiasis
- Episkleritis
- Hipermetropia ringan
- Miopia ringan
- Mabuk perjalanan
- Furunkel pada hidung
- Rhinitis akut
- Rhinitis vasomotor
- Rhinitis alergika
- Kemasukan benda asing
- Epistaksis
- Influenza
- Pertusis
- Faringitis
- Tonsilitis
- Laringitis
- Asma bronchiale
- Bronchitis akut
- Pneumonia, bronkopneumonia
- Tuberkulosis paru tanpa komplikasi
- Hipertensi esensial
- Kandidiasis mulut
- Ulcus mulut (aptosa, herpes)
- Parotitis
- Infeksi pada umbilikus
- Gastritis
- Astigmatism ringan
- Presbiopia
- Buta senja
- Otitis eksterna
- Otitis media akut
- Serumen prop
- Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)
- Refluks gastroesofagus
- Demam tifoid
- Intoleransi makanan
- Alergi makanan
- Keracunan makanan
- Penyakit cacing tambang
- Strongiloidiasis
- Askariasis
- Skistosomiasis
- Taeniasis
- Hepatitis A
- Disentri basiler, disentri amuba
- Hemoroid grade ½
- Infeksi saluran kemih
- Gonore
- Pielonefritis tanpa komplikasi
- Fimosis
- Parafimosis
- Sindroma duh (discharge) genital (Gonore dan non gonore)
- Infeksi saluran kemih bagian bawah
- Vulvitis
- Vaginitis
- Anemia defisiensi besi pada kehamilan
- Ruptur perineum tingkat ½
- Abses folikel rambut atau kelenjar sebasea
- Mastitis
- Cracked nipple
- Inverted nipple
- Diabetes melitus tipe 1
- Diabetes melitus tipe 2
- Hipoglikemi ringan
- Malnutrisi energi protein
- Defisiensi vitamin
- Defisiensi mineral
- Dislipidemia
- Hiperurisemia
- Obesitas
- Anemia defisiensi besi
- Limphadenitis
- Demam dengue,
- DHF Malaria
- Leptospirosis (tanpa komplikasi)
- Reaksi anafilaktik
- Ulkus pada tungkai
- Lipoma
- Veruka vulgaris
- Moluskum kontangiosum
- Herpes zoster tanpa komplikasi
- Morbili tanpa komplikasi
- Varicella tanpa komplikasi
- Herpes simpleks tanpa komplikasi
- Impetigo
- Impetigo ulceratif (ektima)
- Folikulitis superfisialis
- Furunkel, karbunkel
- Eritrasma
- Erisipelas
- Skrofuloderma
- Lepra
- Sifilis stadium 1 dan 2
- Tinea kapitis
- Tinea barbe
- Tinea facialis
- Tinea corporis
- Tinea manus
- Tinea unguium
- Tinea cruris
- Tinea pedis
- Pitiriasis versicolor
- Candidiasis mucocutan ringan
- Cutaneus larvamigran
- Filariasis
- Pedikulosis kapitis
- Pediculosis pubis
- Scabies
- Reaksi gigitan serangga
- Dermatitis kontak iritan
- Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant)
- Dermatitis numularis
- Napkin ekzema
- Dermatitis seboroik
- Pitiriasis rosea
- Acne vulgaris ringan
- Hidradenitis supuratif
- Dermatitis perioral
- Miliaria
- Urtikaria akut
- Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption
- Vulnus laseraum, puctum
- Luka bakar derajat 1 dan 2
- Kekerasan tumpul
- Kekerasan tajam
- Vaginosis bakterialis
- Salphingitis
- Kehamilan normal
- Aborsi spontan komplit.
Mar.