Tren Ramai soal Efek Samping Obat Sakit Kepala Picu Anemia Aplastik, Perlukah Khawatir?

oleh -18 Dilihat

JAKARTA – Sebuah unggahan yang mengingatkan efek samping obat sakit kepala bisa memicu anemia aplastik, ramai menjadi perbincangan.

Unggahan tersebut dibuat di media sosial X (dulu Twitter) oleh akun @tanyakanrl, Minggu (14/4/2024) petang.

Tampak dalam unggahan, kemasan belakang obat sakit kepala yang banyak beredar di pasaran mencantumkan risiko anemia aplastik sebagai salah satu efek sampingnya.

Efek samping serupa juga ditemukan pada merek obat bebas lain yang berfungsi mengatasi keluhan sakit kepala.

_”Kindly reminder utk teman2 semuanya, jangan terlalu sering konsumsi obat ini yaaa sender perhatiin ternyata keterangan efek sampingnya ditambahin, berisiko anemia aplastik. Kalo minum obat yg beredar di pasaran, mohon dibaca semua keterangannya utk jaga2 ya,” tulisnya.

Lantas, perlukah masyarakat khawatir dengan potensi risiko anemia aplastik tersebut?

*Risiko anemia aplastik pada obat sakit kepala*

Profesor Farmakologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan keterangan risiko anemia aplastik pada obat sakit kepala.

“Tidak perlu parno sih,” ujarnya, saat dihubungi Wartawan, Rabu (17/4/2024).

Meski tertulis dalam kemasan obat, anemia aplastik merupakan efek samping yang sangat jarang terjadi.

Efek samping ini pun berpotensi menyerang hanya jika obat sakit kepala digunakan secara kronis atau dalam jangka panjang.

Sementara, obat sakit kepala biasanya hanya dikonsumsi seperlunya, yakni saat muncul keluhan.

“Karena proses anemia aplastik itu juga suatu proses panjang,” kata dia.

*Anemia aplastik bukan disebabkan obat*
Zullies menjelaskan, anemia aplastik sebenarnya bukan disebabkan oleh penggunaan obat, melainkan penyakit autoimun.

Penyakit autoimun adalah suatu masalah kesehatan yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan infeksi justru menyerang tubuh sendiri.

Dalam kasus ini, menurutnya, imunitas penderita anemia aplastik menyerang sumsum tulang belakangnya sendiri.

Akibatnya, sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah merah. Saat sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah merah, tubuh pun tidak mampu berfungsi secara normal.

“Karena sistem imun bertindak secara salah memyerang tubuh sendiri dalam hal ini sumsum tulang belakang, sehingga tidak bisa menghasilkan sel darah. Jadi bukan karena obat,” terang Zullies.

Kendati demikian, untuk menghindari potensi efek samping yang mungkin terjadi, pastikan untuk mengonsumsi obat sakit kepala sesuai aturan pemakaian dalam kemasan.

“Asal sudah sembuh sakit kepalanya ya sudah cukup. Biasanya butuh tiga kali sehari saja (minum obat),” lanjutnya.

Obat bebas tidak boleh diminum dalam jangka panjang

Senada, Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam mengatakan, penggunaan obat bebas hanya bersifat sementara jika diperlukan.

“Ini sifatnya kalau perlu dan tidak boleh digunakan secara terus-menerus dalam jangka panjang,” kata dia, saat dikonfirmasi terpisah, Rabu.

Sebelum mengonsumsi, pasien perlu membaca ketentuan terkait dosis, indikasi, kontraindikasi atau orang yang tidak boleh mengonsumsi, serta efek sampingnya.

Masyarakat juga harus mengetahui seberapa besar potensi efek samping yang tercantum dalam kemasan itu akan terjadi.

Menurut Ari, saat diizinkan untuk dibeli secara bebas, suatu obat sebenarnya relatif lebih aman dibandingkan dengan obat yang wajib diberikan dengan resep dokter.

“Tapi sekali lagi tetap, di dalam kita menggunakan obat-obatan tersebut sifatnya hanya sementara,” lanjut Ari.

Bahkan, Dekan Fakultas Kedokteran UI ini menyampaikan, obat warung biasanya meminta pasien untuk berobat ke dokter jika selama dua hingga tiga hari pemakaian tak kunjung sembuh.

Orang yang merasakan ketidak nyamanan setelah minum obat bebas juga harus segera lapor kepada dokter.

“Obat ini tidak boleh digunakan dalam jangka panjang, informasi ini penting untuk diketahui masyarakat. Di satu sisi juga bukan berarti sama sekali obat ini tidak dapat digunakan karena banyak juga pasien yang terbantu dengan obat ini,” tutupnya.

Edit : Mar.